Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Minahasa Selatan

Kemarau Panjang, Pengrajin Batu Bata di Minsel Mengaku Merugi

×

Kemarau Panjang, Pengrajin Batu Bata di Minsel Mengaku Merugi

Sebarkan artikel ini

TENGA, (manadoterkini.com) – Musim kemarau seperti ini ternyata tidak hanya berpengaruh terhadap produksi pangan dari petani. Tetapi juga berimbas kepada pengusaha batu bata. Hal ini dikarenakan tanah liat sebagai bahan dasar pembuatan batu bata sulit ditemukan akibat tanah menjadi kering.

Menurut beberapa pengrajin di Desa Pakuweru dan Desa Tenga Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), biasanya perhari mereka bisa memproduksi batu bata hingga 15 ribu buah, kini perhari mereka hanya bisa membuat 500 hingga 1000 buah. Padahal, pesanannya cukup banyak.

Sejumlah pengusaha batu bata ini pun merasa terancam akan gulung tikar. “Sekarang ini saya dan sejumlah pengusaha batu bata yang ada di Desa Pakuweru dan Desa Tenga terpaksa menghentikan produksi batu bata. Sebab tanah liat sebagai bahan pokok produksi mengalami kekeringan,” kata Hardi pengusaha batu bata dari Desa Tenga.

Lanjut Dia mengatakan selain beberapa bulan terakhir ini pemesanan batu bata belum bisa dipenuhi. Ia juga terpaksa menghentikan para pekerja batu bata. “Sekarang ini seluruh pekerja sudah tidak melakukan produksi lagi, jadi pabrik batu bata ini terancam tidak akan beroperasi lagi,” ungkapnya.

Hal senada dikatakan Hardi salah satu buru batu bata asal Desa Tenga, Dia mengaku, karena lahan batu bata mengalami kekeringan, ia terpaksa beralih profesi sebagai tukang ojek untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.(dav)