Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Pemerintahan

Kawatu : Kita Butuh 250 Guru SMK, Bagaimana Dengan Nasib Guru Honorer ?

×

Kawatu : Kita Butuh 250 Guru SMK, Bagaimana Dengan Nasib Guru Honorer ?

Sebarkan artikel ini

Asiano G KawatuMTerkini.com, SULUT – Merupakan tajuk yang tepat jika pada Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati setiap tanggal 2 Mei ini, mengangkat sisi Nasib Guru Honorer. Dengan realita yang ada nasib pengajar ini masih sangat memprihatinkan.

Dimana gaji guru honorer didaerah ini, masih dibawah Upah Minimum Provinsi (UMP) bahkan tidak wajar, ditambah lagi status kepegawaian yang belum jelas.

Sementara nasib kaum Buruh masih jauh dari kata sejahtera, walau sudah ada May Day yang dirayakan setiap 1 Mei.
Namun, mereka masih lebih beruntung dari guru honorer. Meski gaji mereka masih rendah, setidaknya ada standar penggajian yakni UMP.

Guru honorer tak punya standar gaji. Gaji mereka diatur oleh sekolah tempat mereka mengajar. Jika sekolah besar, gaji pun besar. Sekolah kecil, gaji pun demikian.

Martje – Guru SD di Likupang Selatan mengatakan, honornya hanya 500 ribu per bulan. Itupun sering dibayar terlambat. “Sering kami terima sudah tanggal sepuluh,” kata dia.

Dikatakan Martje, gajinya tersebut adalah yang tertinggi diantara 4 guru honorer di sekolah itu. Gaji terendah adalah 300 ribu, berlaku untuk guru yang baru masuk.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup, Martje yang punya dua orang anak, terpaksa bekerja dobel. Siang sepulang sekolah, ia menjaga warung, mengantikan sang suami yang melaut pada malam hari.

“Selain itu saya coba kerja semuanya, pernah saya mencuci pakaian tetangga,” kata dia.

Seorang guru lainnya di salah satu SD di Wori mengaku kerja tambahan sebagai tukang ojek. Gajinya hanya 600 ribu perbulan.

“Setiap pulang sekolah saya ngojek,” kata dia.

Dia mengaku, sudah 7 tahun ia jadi guru honor, gajinya kini tak jauh beda dengan gaji pertamanya yakni 500 ribu.
Di rumah, akunya, dia sering bertengkar dengan istri yang hanya ibu rumah tangga. Pertengkaran menghebat di akhir bulan saat uang benar – benar habis. Hal itu membuatnya diterpa gundah gulana.

“Saat saya ke sekolah, melihat para murid, gundah itu hilang, diganti semangat, bahkan saya sering diminta mengajar di rumah warga, saya suka meski tak dibayar,” kata dia.

Dia mengaku mengalami pertarungan antara idealisme dan kebutuhan hidup.

“Di satu sisi saya menderita, di sisi lain, saya puas mengajar, senang rasanya mengajar, ada kepuasan batin yang tak bisa diukur dengan uang,” kata dia.

Harapannya ia bisa diangkat jadi PNS.

Dalam kondisi yang memiriskan itu, para guru Honorer ini ternyata memegang peranan penting dalam pendidikan di Sulut.

Mereka melengkapi guru PNS Sulut yang jumlahnya kurang. Dalam pekerjaan, kadang mereka lebih giat dari guru asli alias sudah PNS.

Kadis Pendidikan Sulut Asiano Gemmy Kawatu membenarkan hal itu. Menurutnya, Guru PNS hanya 14 ribu. Jumlah itu belum mencukupi.

“Dicukupi dengan guru honor, meski pun belum juga cukup,” ujar Kawatu.

Ia pun mengakui, penggajian guru honor bergantung dana bos di sekolah masing – masing.

Namun pihaknya sudah menyiapkan terobosan untuk meningkatkan kesejahteraan guru honor.

“Tunjangannya akan kita naikkan,” kata dia.

Diungkapkan Kawatu, pihaknya berupaya menambah 250 guru SMK pada tahun ini. Ia berharap itu bisa dipenuhi dalam penerimaan PNS yang segera dibuka.(alfa)