Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Pemerintahan

Tendean : Masyarakat Sulut Punya Modal Sosial Gotong Royong

×

Tendean : Masyarakat Sulut Punya Modal Sosial Gotong Royong

Sebarkan artikel ini

pemprovmanadoterkini.com, SULUT Struktur masyarakat lokal Sulawesi Utara (Sulut) sudah terbangun kultur, yakni budaya saling menghargai, saling menghormati, gotong royong, persaudaraan, serta toleransi dimana hal ini baik sebagai modal mengatasi perbedaan yang ada. Hal ini disampaikan Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Sulut DR Noudy R P Tendean SIP MSi, saat menjadi narasumber pada kegiatan INGAGE, yang dipusatkan di Hotel Formosa Manado.

INGAGE (Interfaith New Generation Initiative and Engagement) adalah program Indonesia Consortium for Religious Studies (ICRS) sekolah pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) yang merupakan memberi ruang bagi kaum muda melibatkan diri dalam keragaman iman dan tradisi keagamaan, serta bersikap kritis terhadap hubungan antar komunitas.

“Modal sosial ini tentunya menjadi kekayaan masyarakat Sulawesi Utara, dan merupakan aset yang harus dipertahankan,” ungkap Tendean.

Diapun menjelaskan, ada tiga parameter yang menjadi modal sosial, antara lain yang pertama, kepercayaan dimana harapan tumbuh sehingga berprilaku jujur, teratur dan bekerjasama. Yang kedua, Norma yakni nilai nilai, harapan, tujuan bersama. Dan yang ketiga, adalah Jaringan, dimana Parameter ini penting didalam membangun kerjasama antar manusia itu sendiri, membangun interelasi formal dan informal.

Karena itu, Dia mengajak generasi muda yang merupakan tulang punggung bangsa untuk menjaga, memelihara, serta mengembangkan, modal sosial yang sudah ada ini, sebagai bagian menjaga kerukunan umat beragama, hubungan antar sesama, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang termasuk didalamnya Sulawesi Utara.

Pada kesempatan tersebut, Tendean pun mengapresiasi ICRS UGM yang sudah melaksanakan program INGAGE, dan memilih Sulut sebagai salah satu tempat pelaksanaannya.

Diketahui peserta INGAGE Sulut 2016, berjumlah 30 orang yang berasal dari kalangan mahasiswa, pemuda beragama Kristen dari berbagai denominasi Gereja, dan dari agama Islam.(alfa)