Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita PilihanPemerintahan

ACMD di Sulut Bahas Isu Penanggulangan Bencana

×

ACMD di Sulut Bahas Isu Penanggulangan Bencana

Sebarkan artikel ini

sulutmanadoterkini.com, SULUT – ASEAN Committee on Disaster Management (ACMD) ke 29 di Manado, Sulawesi Utara, untuk membahas berbagai isu terkait penanggulangan bencana, Selasa (11/10/2016) resmi dibuka Gubernur Sulut melalui Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra Jhon Palandung.

Palandung mengatakan apresiasinya atas dipilihnya Sulut sebagai tuan rumah perhelatan akbar ini.
“Kegiatan ini tentu sangat mendukung Sulut, terutama pada sektor pariwisata sehingga bisa menjadi salah satu icon pariwisata. Atas nama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut mengungkapkan apresiasinya atas dipilihnya Sulut sebagai tuan rumah perhelatan akbar pengurangan risiko bencanana ini, ” ungkap Palandung.

Lanjutnya, penguatan ketangguhan ASEAN menjadi agenda bersama sebagai bentuk kerjasama, kolaborasi dan solidaritas antar negara di kawasan ini. Belajar dari rentetan kejadian bencana besar di ASEAN, bencana telah memberikan dampak kerugian yang sangat besar. Kerugian triliunan rupiah, korban meninggal, menderita maupun kerusakan infrastuktur.

sulutHal tersebut mendorong negara-negara ASEAN untuk membangun ketangguhan bersama menghadapi bencana. Bencana besar tadi telah memberikan dampak signifikan baik kerusakan dan korban jiwa terhadap negara-negara ASEAN seperti Tsunami Aceh (2004), Siklon Nargis (2008), Gempabumi Padang (2009), Tsunami Mentawai (2010), Erupsi Merapi (2010), Banjir Bankok (2011), Gempabumi Bohol (2013), Siklon Haiyan (2014).

“Karena itu, pertemuan ACDM ke-29 berupaya untuk membahas berbagai isu terkait penanggulangan bencana sesuai dengan koridor yang terangkum dalam prioritas program kerja AADMER 2016 – 2020, ” ujarnya.

Diketahui, Tujuan besar yang ingin dicapai di kawasan ini adalah masyarakat ASEAN yang tangguh menghadapi bencana dimana hal tersebut juga menjadi tema ASEAN Day on Disaster Management 2016, yaitu “One ASEAN Community for Better Resilience.”

Sementara, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei menyampaikan bahwa masyarakat ASEAN yang berjumlah lebih dari 650 juta ini hidup di kawasan yang rawan bencana. Di sisi lain, bencana alam telah berdampak pada kerugian di kawasan hingga US$ 4,4 milyar setiap tahun.

“Menyikapi kerugian di kawasan ASEAN, saya sangat bangga dengan deklarasi bersama ‘One ASEAN One Response’ pada 6 September 2016, ” kata Willem terkait dengan upaya bersama membangun ketangguhan dan penanggulangan bencana di kawasan.

Negara-negara ASEAN menghadapi risiko bencana yang sangat tinggi. Berdasarkan data Bank Dunia 2011, sejak tahun 2000 lebih dari 100 juta jiwa terkena dampak bencana alam. Hampir semua jenis bencana berpotensi terjadi di kawasan ini, seperti gempabumi, erupsi gunungapi, tsunami, banjir, siklon, longsor, dan kekeringan. Kawasan ASEAN berpotensi menderita kerugian akibat bencana sebesar US$ 4,6 milyar atau sekitar 0,2 persen dari pendapatan domestic bruto (PDB) kawasan setiap tahunnya.

Cita-cita ketangguhan terintegrasi dalam prioritas program kerja AADMER 2016 -2020. Seiring dengan konteks tersebut, ASEAN melalui pertemuan ACDM ke-29 ini bertujuan untuk membahas perkembangan dan pengalaman dengan fokus pada 4 komponen strategis, salah satunya kesiapsiagaan dan tanggap darurat. Pembahasan pada pertemuan kali ini sebagai tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya yang diselenggarakan pada 26 – 29 April 2016 di Semarang, Jawa Tengah.(alf/tim)