manadoterkini.com, MANADO– Menjelang perayaan Hari Raya Nyepi, 28 Maret 2017, puluhan umat Hindu di Kota Manado mengikuti upacara melasti. Upacara Melasti hingga tarian ogoh-ogoh dilakukan umat Hindu di sejumlah daerah yaitu ritual pembersihan diri dan alam semesta, baik secara nyata maupun tidak nyata.
“Hari raya nyepi merupakan acara peringatan tahun baru Saka berdasarkan kalender Bali. Kalender Bali ini merupakan kalender modifikasi Kalender Saka yang berasal dari India dengan disertai tambahan elemen-elemen masyarakat setempat. Dan Tujuan utama di Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sanghyang Widhi Wasa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta),” ujar Kolonel Inf Putra Widiastawa.
Hari raya nyepi ini dirayakan oleh umat Hindu di seluruh Indonesia. Nyepi berasal dari kata sepi yang berarti sunyi dan masyarakat Hindu berhenti dari semua kegiatan di hari suci tersebut.
Di provinsi Bali, dimana sebagian besar masyarakatnya menganut Agama Hindu, semua aktivitas umum juga ditiadakan kecuali untuk Rumah Sakit. Bahkan, bandar udara Internasional Ngurah Rai pun akan ditutup selama 24 jam.
Berbeda dengan beberapa budaya lainnya di dunia yang merayakan Tahun Baru dengan kemeriahan yang dinamis dan disertai cahaya yang bertaburan. Hari raya nyepi ini digelar dengan titik puncak perayaan 6 hari Tahun Baru Hindu Bali yang ditujukan untuk keheningan total.
Begitu juga Bagi wisatawan dan penduduk, restoran dan pantai ditutup. Pada dasarnya, seluruh kegiatan selain di dalam rumah akan dianggap dilarang. Di jalan pun tidak diijinkan semua jenis kendaraan yang lewat dan orang berjalan-jalan. Semua pasar, toko baju dan segala jenis jual beli juga ditutup.Untuk memastikan bahwa peraturan ditaati, pengawas lingkungan pun dikerahkan yang dikenal dengan Pecalang atau Polisi Nyepi.(Pra)
