Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Manado

Mengenal Lebih Dekat di HUT ke-58 Wanita Angkatan Udara 2021

×

Mengenal Lebih Dekat di HUT ke-58 Wanita Angkatan Udara 2021

Sebarkan artikel ini

TNI AUmanadoterkini.com, SULUT – Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, S.E., M.P.P., melalui Kepala Penerangan Pangkalan TNI AU Sam Ratulangi Manado Mayor (Sus) Michiko Moningkey menyatakan wanita TNI AU kini tidak sekedar mengisi pos administrasi tetapi mulai bertugas di operasi militer hingga misi perdamaian dunia.

Pada tahun ini TNI AU juga telah mengirimkan perwakilan Wara dalam kegiatan Women Peace and Security Symposium di Hawai. Kegiatan tersebut diharapkan menambah pengalaman dan wawasan serta meningkatkan profesionalisme Wara.

Kasau juga mengingatkan bahwa Wara harus bisa menumbuhkan budaya belajar sepanjang hayat dengan bermodalkan ilmu pengetahuan, peningkatan literasi dan terus menjaga kehormatan diri.

“Sebelumnya saya ingin ralat, sebutannya bukanlah korps wanita TNI Angkatan Udara. Sebab Wanita Angkatan Udara masuk melebur dalam kesemua korps yang ada di TNI AU. Korps Penerbang, Navigator, Teknik, Elektronika, Administrasi, Perbekalan, Paskhas dan Polisi Militer, Kesehatan dan Korps Dinas Khusus. Wara tidak seperti angkatan yang lain, Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad) dan Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal). Tapi, Wanita Angkatan Udara/ Wara.”

“Jadi kita persamakan persepsi dulu ya. Penyebutan Wanita Angkatan Udara (Wara), adalah sebutan untuk prajurit wanita TNI Angkatan Udara,” terangnya.

Dibentuk pada 12 Agustus 1962. Dengan tujuan agar kaum wanita dapat menjadi anggota TNI AU, seperti layaknya kaum pria lainnya.

TNI AUSejak awal perjuangan kemerdekaan Indonesia, para wanita berjuang bersama sama pejuang pria. Perjalanan bangsa Indonesia tidak dapat lepas dari peran kaum wanita sendiri.

Tidak sedikit wanita Indonesia yang turut berjuang bahu-membahu bersama prajurit pria untuk meraih kemerdekaan Negara Indonesia.

Pada masa perang kemerdekaan kaum wanita ikut berjuang di beberapa pangkalan AURI. Mereka bertugas di bidang kesehatan, administrasi, penerangan, pelipat payung, PLLU, PHB dan Dapur Umum.

Para pejuang wanita inilah yang menjadi cikal bakal Wanita Angkatan Udara.

Bertitik tolak dari hal tersebut dan untuk mewadahi peran serta kaum wanita dalam perjuangan AURI, maka pada tahun 1962, Deputi Menteri/Panglima Angkatan Udara Urusan Administrasi Laksamana Muda Udara Suharnoko Harbani mendapat tugas dan wewenang dari pimpinan TNI AU untuk membentuk  Wara.

Lahir 12 Agustus 1963. Diawali melalui pembukaan pendidikan Wara Pertama pada 10 Juni 1963 di Kaliurang. Pendidikan diikuti oleh 30 orang wanita lulusan sarjana dan sarjana muda dari berbagai jurusan. Itulah cikal-bakalnya Wara.

Sebenarnya, seperti kita ketahui, perjuangan kemerdekaan Indonesia, Yogya menjadi kiblat perjuangan. Walaupun juga di berbagai wilayah Indonesia, seperti di daerah Bukit Tinggi ada banyak juga wanita yang berjuang. Tetapi pada saat itu, pimpinan TNI AU memusatkan pendidikan Wara di Kaliurang Yogyakarta.

Dalam organisasi TNI AU sendiri keterlibatan wanita juga sudah dimulai sejak tahun 1963. Setelah dilantiknya 30 wanita yang telah selesai pendidikan tahun 1963.

“Wara bukanlah bersaing dengan kaum pria, namun kita setara, artinya kita saling mendukung,” tutur Michiko.

Di dalam berbagai bentuk penugasan militer, dimana Wara memberikan dukungan langsung maupun tidak langsung diberbagai misi TNI AU.  Dukungan penting bagi TNI Angkatan Udara khususnya di bidang teknologi, sebab angkatan militer ini bersinggungan senantiasa dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sehingga, Wara dituntut perannya untuk senantiasa meng up- grade dirinya sendiri, dalam ilmu pengetahuan dan teknologi penerbangan.

“Kami juga dituntut untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari pengalaman pribadi, saya dipilih berdasarkan hasil tes psikologi. Memang sebelumnya, sudah mengisi angket pilihan, diberikan kebebasan untuk memilih, ingin masuk angkatan yang mana? Pilihan pertama saya adalah AD sebab Bapak saya pensiunan Serma TNI AD. Dan pilihan yang kedua adalah TNI AL sebab saya pernah ikut Scuba Diving. Pilihan ketiga adalah TNI AU. Namun hasil tes psikologi yang menempatkan saya di AU. Berdasarkan tes psikologi,” jelas Michiko.

Lanjut Michiko, jika masuk dalam dunia militer dibutuhkan fisik yang prima, terutama persiapkan fisik. Dan terutama doa secara pribadi, doa restu orang tua.

“Dari pengalaman saya, tidak ada yang sulit jikalau memiliki tekad yang kuat untuk masuk TNI. Ini juga garis tangan sepertinya, tetapi dari pihak kita sebagai insan yang mau berusaha, itu sudah kodrat kita. Namun yang penting dari pihak kita ada upaya, tindakan untuk mempersiapkan diri masuk seleksi. Seperti saat ini informasi terbuka lebar, untuk pejuang kedinasan, banyak juga kedinasan-kedinasan membuka peluang untuk mengabdi, dibutuhkan juga informasi yang banyak untuk persiapan masuk seleksinya. Tidak ada yang sukar, tidak ada yang sulit,” katanya.

Michiko sendiri merupakan Perwira Karir Angkatan 9 tahun 2002. Kurang lebih sudah 18 tahun berdinas.

“Ada slogan, ‘Kalau Anda ingin melihat dunia masuklah ke TNI’. Berdasarkan perintah Panglima TNI saya ditugaskan, waktu itu untuk memperkuat komposisi pasukan Garuda Indobatt 23D/UNIFIL, di Libanon Selatan. Puji syukur, saya bisa melihat dunia luar,” katanya.

Penugasan tersebut bagi Michiko, membuka cakrawala dan wawasan  dalam penugasan,

bahwa sebenarnya, peluang dan kesempatan untuk maju banyak sekali, ditengah-tengah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

“Saat ini kalau kita mau maju, mau berusaha, pasti kita bisa dan harus seperti itu, sebab dunia ini berkembang terus, maju terus, tidak pernah mundur. Kita harus benar-benar mempersiapkan diri. Pengalaman banyak di Libanon Selatan, suka dukanya banyak sekali, tapi yang paling penting tugas dapat terselesaikan, misi dapat terselesaikan secara komplit dan aman terkendali,” jelasnya lagi.

Saat ini TNI AU telah membuka peluang dan kesempatan bagi anak-anak putri untuk masuk menjadi Taruni Akademi Angkatan Udara.

Tentu dengan kriteria tinggi badan yang diperlukan, dan dari jurusan kelas eksakta yang diprioritaskan. Karena Angkatan Udara identik dengan ilmu eksakta, karena bertugasnya di medan yang ekstrim, tidak ada orang yang hidup di udara.

Hal ini membutuhkan teknologi yang tinggi, karena nyawa taruhannya. Sehat jasmani dan rohani pastinya.

Tidak benar, jika Wara hanya mengurusi bagian administrasi saja. Dunia militer dimana Wara mengabdi memang sebenarnya identik dengan dunia kaum lelaki, tetapi tetap membutuhkan sentuhan feminitas.

“Wanita itu khan kerja detil, teliti, kemudian lebih telaten, lebih tekun, lebih sabar, apalagi kalo bersentuhan dengan dunia teknologi, urusannya lebih njelimet. Lebih membutuhkan hal-hal yang detil dan terperinci, seperti di bagian Navigator, Penerbang, IT, Teknisi pesawat terbang.”

“Itu semuanya membutuhkan wanita mulai dari operasi militer sampai dengan misi perdamaian dunia. Cuman satu hal yang belum ada di Indonesia, wanita spesial combatan,” tegasnya.

Menurut Michiko, masih dilematis untuk wanita diterjunkan dalam kombatan, spesial pasukan khusus. Karena kriterianya, lebih tinggi lagi untuk spesialisasinya.

“Kalau dari sisi kemampuan, sebenarnya, kenapa tidak, kalau diberikan kesempatan bagi wanita melakukan combatan, saya percaya, wanita juga mampu, sanggup untuk mengemban tugas seperti itu. Yang membedakan hanya kodratnya wanita melahirkan, tetapi secara fisik, kalo dilatih juga, saya percaya, sanggup untuk wanita pikul.”

“Karena, dalam hal ini saling mendukung, sebagai satu tim, pria dengan wanita. Saling melengkapi, dalam satu misi pekerjaan, jadi tidak ada yang unggul, diatas yang lainnya. Hanya saja, kodrat wanita itu melahirkan, inilah yang membedakannya dengan pria. Jadi soal kemampuan kalau dilatihkan secara bersama, saya percaya kaum wanita bisa mengemban tugas ini,” terangnya lagi.

“Saya rindu begitu banyak wanita-wanita yang bisa maju lagi bahkan lebih lagi daripada saya. Buka cakrawala dengan banyak membaca. Saya memang hobi membaca, sebab sejak kecil saya selalu ke Perpustakaan, Mami saya pegawai Perpustakaan daerah di Tikala Manado. Jadi ketika banyak membaca, banyak informasi,” harapnya. (*/Rizath)