Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita PilihanPolitik

Komisi IV DPRD Sulut “Telanjangi” RSUP Prof Kandouw

×

Komisi IV DPRD Sulut “Telanjangi” RSUP Prof Kandouw

Sebarkan artikel ini

dprd sulutmanadoterkini.com, SULUT – Pelayanan buruk Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Kandouw, yang menjadi keluhan masyarakat akhirnya berlanjut hingga ke DPRD Sulut. Seperti halnya dialami Keluarga Lombok – Tangkau.

Tak heran rumah sakit ternama ini “ditelanjangi” dalam hearing bersama Komisi 4 yang mendangi kesejahteraan rakyat tersebut.

Tak pelak, nada kritis nan tajam terlontar dari mulut para personil Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulut saat hearing di ruang rapat I kantor dewan Sulut, Senin (3/10/16) .

Masukkan-masukkan pun mengalir demi perubahan radikal di tubuh rumah sakit yang sempat menyandang Rumah Sakit ( RS) terbaik di Indonesia Timur ini.

“Rumah sakit ini harus melayani sungguh-sungguh. Jangan saling berharap dalam pelayanan atau semua hanya mau jadi raja. Benahi sumber daya manusianya sekalipun dia professor,” kata anggota komisi IV, Herry Tombeng dari Partai Gerindra.

Keramahan para perawat pun ikut disorot, Pasien diharapkan mendapat kenyamanan dan tidak dibentak-bentak.

“Ada perawat suka membentak-bentak apalagi kepada mereka yang anggota keluarganya sedang ada dalam keadaan kritis. Pasien itu bisa tambah kritis,” tukas anggota dewan, Lucia Taroreh dari Partai PDI P.

Pihak RSUD diminta jangan selalu berorientasi dari segi materi dalam pelayanan. Pengawasan perlu diperketat kepada para pegawai yang ada.

“Berikut anda juga akan sakit dan meninggal. Banyak perawat kasar, perlu dievakuasi kinerjanya. Semua pasien datang ke RS untuk mencari kesembuhan. Tapi kalau kesana hanya untuk mati untuk apa? lebih baik di rumah tidak mengeluarkan biaya,” tegas politisi Golkar, Yongkie Limen.

Wakil Ketua Komisi IV, Inggrid Sondakh meminta harus menyelidiki informasi adanya pungutan liar di tubuh RSUP tersebut.

“Pungli di RSU Kandouw minta tolong diselidiki dengan benar. Dokter muda yang masih belajar dan belum layak tolong diperhatikan,” katanya.

Sementara sekretaris komisi, Fanny Legoh mengatakan hampir semua RS di Sulut yang diamatinya memiliki pelayanan buruk. “Sehingga menurut saya persoalan di sini adalah sikap yang sudah membudaya dan Itu yang harus dirobah. Pelayanan yang baik kepada pasien perlu terus ditingkatkan. Kita harus melayani dengan rasa kemanusiaan,” tutur Legoh.

Direktur Utama RSUD Prof Kandouw, Maxi Rondonuwu menanggapi masukkan-masukkan dari para legislator tersebut. Baginya apa yang dikatakan semua anggota dewan merupakan fakta. “Tiap hari saya menerima juga SMS keluhan. Kami memohon maaf kepada keluarga Prof Lombok. Tentunya tidak gampang merubah karakter. Namun, perubahan radikal itu menjadi harapan semua. Ini terus berporses dan kami akan segera tindak lanjut,” jelas Rondonuwu.

Anggota dewan Billy Lombok yang merasa menjadi korban pelayanan rumah sakit tersebut angkat suara. “Langkah radikal apa yang akan dilakukan untuk perubahan. Bisa saja sampai sekarang masih ada kejadian-kejadian seperti itu,” papar Billy Lombok dengan nada tinggi.

Mengkahiri pertemuan tersebut, Ketua Komisi IV, James Karinda mengingatkan, dalam dua bulan pihaknya akan terus mengawal perubahan di rumah sakit itu. Dirinya menitip pesan, agar orang yang mampu jangan dimanfaatkan.

“Sebab, orang sakit kalau mau cari kesehatan itu tanah pun mereka jual. Jadi jangan menggunakan kesempatan. Kalau masih seperti ini berikutnya Komisi IV akan merekomendasikan ke kementerian kesehatan,” tukasnya.

Dalam hearing tersebut juga dihadiri pihak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Dinas Kesehatan Provinsi Sulut serta pihak keluarga dari anggota dewan Billy Lombok. (jef )