Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Manado

Disbudpar dukung penuh film “Senjakala di Manado”

×

Disbudpar dukung penuh film “Senjakala di Manado”

Sebarkan artikel ini

senjakala dimanadomanadoterkini.com, MANADO-Alam di Sulut menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun manca negara. Bahkan, mempunyai daya tarik tersendiri bagi dunia perfileman Indonesia untuk menjadikan Sulut sebagai lokasi syuting film paling bagus. Jembatan Soekarno, Bandara Sam Ratulangi dan Pelabuhan Manado menjadikan ikon lokasi syuting film “Senjakala di Manado” yang dibintangi para artis berdarah Kawanua di antaranya Ray Sahetapi, Rima Melati, Remi Silado, Mikha Tambayong dan Fero Walandouw.

Para pemain film ini mengaku tak banyak berpikir ketika produser menawarkan film Senjakala di Manado, apalagi syutingnya di Manado dan sekitarnya. “Kita harus mengolah gagasan dan sumberdaya alam di Manado. Dari film ini, nampak jelas orang-orang akan berjuang dimana bumi ini mereka berpijak,” ujar Ray Sahetapi, yang kagum masih berdarah Minahasa.

Bahkan Rima Melati diketahui lahir di Tondano meminta atas dukungan dan doa warga sulut agar pembuatan film tersebut berjalan dengan lancar. “Cukup lama saya tidak datang, saya senang sekali dipilih main di film ini. Untuk itu, kami mohon didoakan agar film yang kami mainkan membawa jiwa minahasa,” kata Rima yang mengaku sudah lama tidak pulang kampung karena kesibukan artis di Jakarta.

Sementara itu, Pemkot Manado melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) sangat mensuport pembuatan film di Manado tersebut. “Kami sangat mensupor terkait ijin pengambilan gambar serta lokasi suting film. Semoga adanya film ini menjadikan Manado tempat wisata favorit hingga dunia,” ujar Kadisbudpar Hendrik Warokka melalui Sekdisbudpar Boy Monding, yang didampingi Kasie Film dan Sinetron Iskandar Polontalo.

Diketahui film ini mengambil konsep Aku Cinta Indonesia. Ini menjadi kebanggaan kita sebagai anak nusantara. “Mengapa memilih Manado dan Tomohon? Karena konsepnya kami memilih daerah di Sulut agar menjadi percontohan. Bahkan berikutnya ada daerah lainya lagi. Kami patut berbangga karena pilihan yang kami pilih mendapat respon positif. Inilah langkah kami sehingga Sulut bukan hanya dikenal dengan Bunakenya, tapi juga ada daerah pegunungan dan daerah lain,” ujar Nina dan Epoy sebagai produser film. Film besutan sutradara Dedi Pusung tersebut, direncanakan akan tayang paling lambat Desember 2016. (ald)