Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Pemerintahan

Pemprov Klaim Malaria di Sulut Turun

×

Pemprov Klaim Malaria di Sulut Turun

Sebarkan artikel ini

manadoterkini.com, SULUT – Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dibawah kepemimpinan Gubernur Olly Dondokambey dan Wakil Gubernur Steven Kandouw berhasil menurunkan jumlah kasus malaria di Sulut.

H itu disampaikan Kadinkes Sulut dr. Debie K.R Kalalo melalui Kabid P2P dr. Steaven Dandel.

Menurut Dandel, dua dekade yang lalu jumlah penduduk yang sakit Malaria bisa mencapai ribuan orang per tahun. Tahun 2019 jumlahnya menurun sehingga sampai bulan September hanya ada 251 kasus.

Kendati demikian Pemprov Sulut melalui Dinas Kesehatan Daerah, bertekad untuk menekan angka ini sampai menjadi dibawah 20 kasus per tahun.

Program ini dikenal sebagai Program Eliminasi Malaria. Sekarang ini ada 6 Kabupaten Kota di Provinsi Sulawesi Utara yang sudah berhasil melakukan eliminasi malaria yakni Kabupaten Minahasa, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Timur, Kota Tomohon, Kotamobagu.

“Tahun 2020 kita targetkan Bolaang Mongondow dan Minahasa Utara mendapat status Eliminasi Malaria, Tahun 2021, Mitra, Minsel, Bitung dan Manado, sementara Tahun 2020 nanti seluruh Kabupaten di kepulauan selesai dengan masalah Malaria” tegas Dandel.

Untuk mempercepat upaya percepatan Eliminasi ini, maka Dinas Kesehatan Daerah kemudian melakukan langkah strategis lewat kegiatan advokasi pemanfaatan dana desa dalam upaya eliminasi Malaria di Manado pada tanggal 9 sd 11 Oktober 2019.

Kegiatan yang menghadirkan narasumber pakar Malaria dunia dr. Ferdinand Laihad ini diikuti para kepala desa yang masih tinggi endemisitas malarianya di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sangihe, Talaud, Sitaro, Minahasa Tenggara dan Minahasa Selatan.

“Pemanfaatan dana desa merupakan Langkah yang teramat strategis untuk memobilisasi sumber daya desa terutama dalam memanipulasi lingkungan yang potensial menularkan Malaria. Penularan Malaria teramat berhubungan dengan kondisi lingkungan desa, sehingga perhatian utama harus diarahkan ke masalah ini dan jangan hanya fokus di layanan penemuan penderita dan pengobatan malaria,” kata Ferdinand yang juga mantan malaria adviser pada kantor World Health Organization (WHO) di New Delhi, India. (*/Rizath)