Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita PilihanPemerintahan

Sulut Sumbang Air Malimbukan dan Tanah Dari Watu Pinawetengan Untuk Ibukota Baru

×

Sulut Sumbang Air Malimbukan dan Tanah Dari Watu Pinawetengan Untuk Ibukota Baru

Sebarkan artikel ini

sulutmanadoterkini.com, SULUT – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi Kawasan Titik Nol Kilometer Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara (ibukota baru) di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Senin (14/3/2022)

Sebelumnya kepada seluruh gubernur yang hadir, Jokowi meminta mereka membawa tanah dan air dari daerah mereka masing-masing.

Tanah dan air dari penjuru negeri itu nantinya digunakan di dalam ritual adat yang akan digelar di titik nol IKN Nusantara, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Di lokasi tersebut, digelar prosesi penyatuan tanah dan air Nusantara. Tanah dan air yang dibawa oleh gubernur dari seluruh Provinsi di Indonesia diberikan kepada Presiden untuk kemudian dituangkan dan disatukan ke dalam sebuah gentong.

Tanah yang dibawa kepala-kepala daerah itu seberat 2 kilogram dan air sebanyak 1 liter, diambil dari suatu tempat yang dianggap sakral dan mewakili daerah masing-masing.

Sulawesi Utara (Sulut) sendiri dibawah langsung oleh Gubernur Sulut Olly Dondokambey. Dalam catatan sejarah, air diambil dari sumber mata air Malimbukan Desa Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara.

Dimana sumber mata air ini berada di kaki Gunung Klabat yang merupakan Gunung Tertinggi di Sulawesi Utara dengan tinggi 1.995 mdpl.

sulutSumber mata air ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat, baik sebagai sumber air bersih, sumber air untuk mengaliri lahan pertanian masyarakat maupun untuk budidaya perikanan.

Pada saat Purnama sumber mata air ini terasa hangat dan diyakini memberi kehangatan bagi masyarakat yang menggunakannya pada malam hari.

Sementara Tanah diambil dari lokasi Cagar Budaya Watu Pinawetengan yang merupakan awal mula peradaban Suku Minahasa yaitu Suku terbesar di Provinsi Sulawesi Utara.

“Watu Pinawetengan dahulu digunakan oleh para leluhur sebagai tempat pertemuan dan musyawarah untuk menentukan sesuatu. Musyawarah terpenting yang pertama kali dilakukan di Watu Pinawetengan sekitar 1.000 SM adalah pembicaraan mengenai pembagian Wilayah yang akhirnya menghasilkan 9 Sub Etnis Minahasa, dimana setiap sub etnis memiliki bahasa dan Wilayah masing masing dan pembagian Wilayah tersebut digoreskan pada batu yang disebut Watu Pinawetengan,” jelas Olly dalam rilis Kominfo Sulut.

Namun demikian, meskipun Suku Minahasa telah dibagi dari 9 Sub Etnis, tetapi dapat diikat dalam satu kearifan lokal yang disebut Minaesa, atau menjadi satu.

“Dimana ini juga yang melatar belakangi penyebutan Kabupaten Minahasa yang merupakan Kabupaten tertua di Provinsi Sulawesi Utara,” tutup Olly.

Seperti diketahui, prosesi penyatuan tanah dan air Nusantara adalah para gubernur membawa tanah dan air dari masing-masing wilayah di mana diambil dari titik-titik lokasi yang tentunya sesuai dengan kearifan lokal masing-masing dan budaya masing-masing. gubernur menyerahkan kepada Presiden dan Presiden akan menuangkan di gentong yang sudah kami siapkan menjadi satu dari 34 Provinsi. (*/Rizath)