Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
ManadoPolitik

Beranikah Partai Demokrat Tinggalkan GSVL yang Adalah Ketua APEKSI?

×

Beranikah Partai Demokrat Tinggalkan GSVL yang Adalah Ketua APEKSI?

Sebarkan artikel ini

Catatan Redaksi Chris Sumual

manado
GS Vicky Lumentut – H. A. B. Mangindaan

JELANG pemilihan Kepala Daerah serentak 8 daerah di Sulut 9 Desember mendatang mulai hangat dibicarakan disejumlah tempat maupun media sosial. Para kandidat menunjukkan berbagai macam cara untuk menarik perhatian konstituen dengan jargon mereka masing-masing, contohnya di Kota Manado ada G. S. Vicky Lumentut yang juga sang petahana dengan slogan CERDAS, Tulus Bersahaja, Harley Mangindaan dengan Slogan SIAAP, Jujur dan Merakyat, Hanny Joost Pajow dengan slogannya Harapan Jadi Pasti, Andrei Angouw dengan slogan Untuk Manado yang Lebih baik, dan kandidat lainnya.

Di Pilwako Manado, meski Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Manado belum resmi menetapkan siapa yang sah menjadi calon Walikota dan calon Wakil Walikota, namun fakta hari ini menunjukan sesuatu yang berbeda dimana masing-masing bakal calon Walikota dan Wakil Walikota telah menunjukkan kelihaiannya dalam membangun isu, tak hanya itu strategi saling menjegal telah dilakukan.

Menjelang Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) serentak yang akan dilaksanakan di seluruh wilayah Republik Indonesia termasuk Kota Manado, fenomena perpolitikan mulai menghangat dan para Kandidat Bakal Calon Walikota dan Wakil Walikota berlomba-lomba menawarkan Visi-Misi dan Program unggulan masing-masing bakal calon atau kandidat, tapi disamping menjual jargon untuk meraih dukungan rakyat, tidak kalah pentingnya juga para kandidat ini sementara berlomba-lomba mencari tiket kendaraan yang akan dipakai nanti.

Salah satu contohnya adalah terkait ‘perebutan’ rekomendasi Partai Politik dikubu Partai Demokrat yang diperlihatkan kubu GS Vicky Lumentut (Ketua DPD Partai Demokrat) dengan Harley AB Mangindaan (anak pengurus Partai Demokrat) yang kian mengemuka. Berbagai alasan klasik hingga alasan yang terkesan intelektual dikemukakan, sebagian menyebutkan Vicky Lumentut layak diusung karena kader terbaik Partai Demokrat dan Ketua DPD Partai Demokrat Sulut.

Sementara disisi lain, ada yang menyebutkan Harley Mangindaan layak dipilih Partai dengan berlambang Mercy ini karena ‘menang survey’ (survey SMRC menjadi acuan mereka), walaupun kebenarannya masih diragukan. Dampak dari perebutan posisi ini, perang isu dilakukan dengan massif, berbagai siasat yang kadang bersifat dekonstruktif dilayangkan, terutama perang di media sosial (Medsos) dan di media massa online.

Begitu banyak juga akun yang menggunakan nama palsu (bukan nama pengguna akun sebenarnya) diaktifkan sebagai instrumen untuk mendorong popularitas, lihat saja Malalayang Siaap, Tuminting Cerdas, dan yang lainnya. Publik pun mulai tau, muara dari semua ini tak lain adalah mencari perhatian petinggi partai, bukan lagi para bakal calon ini menghamba pada kepentingan konstituen. Apalagi munculnya tren lembaga survey yang ‘dibayar’ dan berorientasi profit ketimbang mengutamakan sistem edukasi politik. Alhasil kepentingan rakyat sebagai pemilih terabaikan, tidak benar-benar diperhatikan.

Melihat fenomena yang terjadi pada partai besutan SBY yang menang di 2009 lalu akan menimbulkan pertanyaan publik Manado, apakah benar Vicky Lumentut ditinggalkan Partai Demokrat? Atau benarkah DPP Partai Demokrat bernyali besar meninggalkan Vicky Lumentut yang juga Walikota Manado saat ini, kemudian juga merupakan Ketua Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI)? Banyak anggapan yang bermunculan seketika, jika pertanyaan seputar Vicky Lumentut ditinggalkan Demokrat, namun dalam analisis redaksi manadoterkini.com sepertinya DPP Partai Demokrat masih perlu banyak referensi untuk melakukan kalkulasi politik untuk menentukan Vicky Lumentut atau Harley Mangindaan yang diusung dalam kompetisi Pilwako Manado 2015.

Melihat figur Harley Mangindaan yang merupakan figur muda diakui memiliki pengalaman dan merakyat, tapi jika dibandingkan dengan Vicky Lumentut, banyak pihak menyebutkan masih jauh berbeda potensi dan keunggulan kedua figur ini. Vicky Lumentut dinilai lebih memiliki banyak pengalaman dan prestasi gemilang ketimbang Harley Mangindaan, bila Demokrat berani mengusung Harley Mangindaan, maka boleh jadi floating mass (massa mengambang) yang belum menentukan pilihan akan menilai keberadaan Demokrat hanyalah mementingkan kepentigan keluarga dibanding kepentingan kaderisasi. Apalagi bermunculan nama-nama seperti Hanny Joost Pajow, Andrew Angouw, Richard Sualang, sebagai bakal calon Walikota Manado saat ini yang begitu kuat dukungan akar rumput.

Kesimpulan yang ditemukan dalam analisis kali ini adalah Partai Demokrat perlu melakukan bacaan politik yang komprehensif jika tidak mau menerima petaka politik pada tahun 2015 ini, apalagi Kota Manado adalah jantungnya Ibukota Provinsi Sulawesi Utara yang juga barometer kekuatan politik terbesar di Sulut. Jika masih mau memimpin Kota Manado, Demokrat harus berani keluar dari putusan-putusan yang hanya memenangkan kepentingan keluarga. Kemudian, disisi lain secara objektif posisi GS Vicky Lumentut sangat diuntungkan disini, karena banyak kontribusinya dan telah mengharumkan nama baik Partai berlambang Mercy ini, memang Vicky Lumentut tidak memiliki keluarga dielit Partai Demokrat seperti Harley Mangindaan, namun karena kualitas dan karyanya menjadi modal besar bagi dirinya untuk dipilih DPP Partai Demokrat. (**)