SULUT, (manadoterkini.com) – “Penyuluh merupakan agen perubahan. Karena itu sepatutnya penyuluh paham akan masalah-masalah sosial keagamaan yang terjadi di masyarakat,
Ada banyak sekali metode penyuluhan yang mudah dan sebenarnya sangat menarik bagi umat. Yang paling penting, penyuluh harus menguasai konsep Sraddha, Susila dan Upacara,” terang Ida Pandita Mpu Nabe Jaya Acharyananda saat menyampaikan materi di hadapan sekira 50 penyuluh Non PNS se-Provinsi Sulawesi Utara.
Acharyananda, seorang Pandita kelahiran 1966 juga adalah dosen IHDN Denpasar yang baru saja menyelesaikan studi Doktor (S3) beberapa waktu lalu.
Nama beliau sudah sangat tersohor di kalangan umat Hindu di Bali bahkan kerap muncul di sejumlah stasiun televisi lokal di provinsi Bali. Terkenal karena kepiawaiannya menyampaikan dharma wacana (dakwah/siraman rohani) yang tak monoton dan materi yang selalu up to date, membuat seluruh peserta terkagum-kagum.
Tentu menjadi sebuah kebanggaan tersendiri saat kegiatan yang dilaksanakan menarik minat peserta. Nengah Kokog, S.Ag, MSi selaku Pembimas Hindu sekaligus penggagas kegiatan mengungkapkan, ini merupakan sebuah inovasi bagi Bimas Hindu karena ini merupakan kali pertama event yang mendatangkan narasumber kenamaan.
Antusias peserta juga tampak dari banyaknya pertanyaan yang dilontarkan saat diskusi. Bahkan para peserta sangat berharap ke depan Pembimas Hindu kembali mengundang narasumber yang benar-benar dapat memberikan pencerahan mendalam kepada umat.
“Melihat respon positif dari para peserta, tentu kami akan mempertimbangkan kegiatan serupa pada tahun mendatang,” janji Kokog.
Bertempat di Hotel Sahid Teling Manado, kegiatan ini berlangsung selama tiga hari dari tanggal 10-12 Agustus 2015 dan diikuti sekira 90 peserta dari unsur Penyuluh Non PNS dan Pemangku serta Serati banten se-Provinsi Sulawesi Utara. (chris)
