Guru SD N Inpres Pakuweru Diduga Pukul Siswa Hingga Takut Masuk Sekolah
manadoterkini.com, TENGA-Kekerasan terhadap anak didik coreng dunia pendidikan di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel).
Kejadian ini terjadi di SD N Inpres Pakuweru Utara, seorang guru memukul siswa dengan menggunakan bambu pagar, hingga siswa bersangkutan kini merasa takut untuk bersekolah.
Siswa tersebut bernama Wandry Taas berusia 11 tahun, yang kini duduk di kelas 3, menjadi korban arogansi guru bernama Martje yang diketahui merupakan wali kelas 1 di SD N Inpres Pakuweru Utara.
Kejadian terjadi sekitar dua bulan lalu, siswa bersangkutan harus menahan sakit dipukul sang guru, hingga kondisi betis mengalami luka memar akibat cambukan bambu pagar yang dilakukan oknum guru.
“Akibat ulah sang guru, usai kejadian tersebut hingga kini Wandry takut untuk bersekolah lagi,” ujar Ram Johan ibu dari Siswa tersebut.
Dia mengungkapkan sangat kesal dengan ulah oknum guru yang memukul anaknya. Baginya apa yang dilakukan oknum guru bersangkutan sudah berlebihan.
Bahkan disesalkan juga hingga kini tidak ada tindakan pihak sekolah untuk membujuk anaknya untuk bersekolah kembali meski sebelumnya dirinya sudah melaporkan kejadian tersebut kepada pihak sekolah.
“Kami juga selaku orang tua menyesalkan tindakan sekolah yang menempatkan anak mereka turun kelas,” ungkap Johan.
Hal senada disampaikan Arnol Taas ayah korban. Menurut Dia bahwa, anaknya sebenarnya sudah duduk di kelas 3, namun pada ujian mid semester lalu.
“Yang kami heran, saat ujian anak kami yang seharusnya mengikuti ujian bersama kelas 3, malahan hanya ikut bersama para siswa kelas 2,” keluhnya.
Sementara itu, Kepala SD N Inpres Pakuweru Utara Sintje Ratag ketika dikonfirmasi melalui telepon seakan menutupi kejadian tersebut.
Ratag mengungkapkan bahwa, tidak mengetahui kejadian tersebut.
“Untuk masalah itu saya belum tahu,” pungkasnya.
Dibagian lain Kepala UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Minsel Donny Terok ketika dikonfirmasi mengungkapkan bahwa, pihaknya belum menerima laporan kejadian tersebut. Namun Terok menyatakan akan langsung menindaklanjuti persoalan tersebut dengan berkoordinasi dengan pihak sekolah yang ada.
“Saya belum ada laporan dari pihak orang tua, jadi Saya belum tahu, hanya untuk masalah tersebut akan saya tindaklanjuti,” tandasnya.
Adapun kejadian tersebut seakan berseberangan dengan komitmen Bupati dan Wakil Bupati Minsel dalam memajukan dunia pendidikan di Minsel.
Dibeberapa kesempatan saat ujian akhir nasional belum lama ini, Wakil Bupati Franky Wongkar justru mengajak agar tidak ada siswa yang berhenti sekolah. Dengan berpatokan siswa di Minsel minimal mengenyam pendidikan hingga SMP, bahkan diupayakan bisa sampai ke jenjang perguruan tinggi, guna terciptanya generasi muda yang potensial sebagai tulang punggung pembangunan. Dalam hal ini, peranan pihak sekolah maupun orang tua siswa sangat diharapkan demi kelangsungan pendidikan anak didik.(dav)
