Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Edukasi dan ReligiPemerintahan

Apresiasi Pelukis Asal Sulut, Kemendikbud Gelar Napak Tilas Henk Ngantung

×

Apresiasi Pelukis Asal Sulut, Kemendikbud Gelar Napak Tilas Henk Ngantung

Sebarkan artikel ini

 

Foto Istimewa, Henk Ngantung, Seniman dan Gubernur Jakarta
Foto Istimewa, Henk Ngantung, Seniman dan Gubernur Jakarta

manadoterkini.com, SULUT – Untuk mengapresiasi maestro pelukis Indonesia asal Tomohon, Sulawesi Utara, maka diadakan kegiatan “Napak Tilas Henk Ngantung, ” yang merupakan bagian rangkaian Temu Karya Taman Budaya (TKTB) se-Indonesia, yang digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia, bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara, Rabu (07/09/2016) yang diikuti oleh semua peserta.

Pagi buta rombongan akan berangkat bersama dari Manado, menuju Galeri Sonny di Tomohon, kemudian menjelajah kawasan Matani, melihat kampung dan rumah keluarga Henk Ngantung. Berlanjut menuju Rurukan, yang terkenal dengan pemandangannya yang mengagumkan. Disitu, para perupa berkarya bersama, dengan obyek alam, maupun kesenian tradisi musik dan tari Maengket, serta Kabasaran, serta berdiskusi.

Menurut Yusuf Susilo Hartono (Pelukis), Napak Tilas Henk Ngantung ini, merupakan hal yang menarik dan penting, terutama bagi para perupa dari luar Sulawesi Utara. Sebab mereka berkesempatan merasakan secara langsung sudut-sudut alam, kehidupan, budaya Minahasa yang menjadi dasar dan sumber inspirasi lukisan dan sketsa-sketsa Henk Ngantung, terutama pada tahun 1930-an, masa pra kemerdekaan, dan ketika nusantara masih dalam cengkeraman penjajah.

Menarik dan penting juga bagi perupa lokal, dan para pemangku kepentingan senirupa di Sulawesi Utara, yang mungkin saja dulunya kurang pe-de (percaya diri-red), kini menjadi pe-de, ketika harus berdiri sama tinggi, dan duduk sama rendah bersama perupa-perupa dari luar daerah seperti, Jogja, Bandung, Jakarta, Bali dan lain-lain.

Dia pun menambakan, Sulawesi Utara, Tomohon-Minahasa, mempunyai sejarah senirupa yang panjang. Dan kalau mau lebih luas lagi, Sulawesi Utara boleh bangga dengan tokoh-tokoh seni yang lain (sastra, musik, teater-red), bahkan hingga para pahlawannya.

“ Semoga saja, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara hingga Walikota Tomohon, dengan momentum ini, mau membuka hati dan pikiran, mengajak bicara dengan para pelaku seni budaya, dan memenuhi kebutuhan kreatifnya, terutama infra struktur dengan standar nasional/internasional, serta membiayai sejumlah programnya, ” harapan Yusuf.

Pembelajaran bagi Pemangku Kepentingan di Sulut
Karya para perupa Manado yang terpilih ikut PBSR saat ini, dapat mewakili potensi Sulawesi Utara pada saat ini, menurut Temy Katoppo dan
Elias D. Pangkey. Pasca generasi Alex Wetik, Victor Makasuci, Tawakal Mokodompit, Jan Minkit, dan lain-lain.

Sementara, karya Sonny Lengkong, perupa andalan Sulawesi Utara tidak ikut tampil dalam PBSR kali ini, karena yang bersangkutan sebagai nara sumber. Keduanya berharap, semoga pameran besar ini
bisa menjadi media pembelajaran bagi pemangku kepentingan seni rupa Sulut guna memajukan seni rupa dan pendidikan seni rupa di Nyiur Melambai ini.

Temy dan Elias mencatat, bahwa sebelum PBSR, di Manado telah beberapa kali ada pameran besar atau pun bersekala nasional, antara lain pameran Torang Samua Basudara, melibatkan para perupa handal dari Surabaya bersama para perupa Manado. Pameran Lukisan Indonesia Gemilang 2002 menghadirkan para pelukis Yogyakarta. Dan pameran karya pilihan koleksi Galeri Nasional Indonesia bertajuk Transgenerasi memajang karya
Raden Saleh, Basoeki Abdullah, Henk Ngantung, Sudjoyono, Kartono Yudhokusumo, Zaini, Ahmad Sadali, Popo Iskandar, A. D Pirous, Nyoman Tusan, Widayat, Handrio, Abas Alibasyah, Fadjar Sidik, Aming Prayitno, Sudarisman, Made Wianta, Agus Kamal, Ivan Sagita yang peserta pameran pendamping berjumlah 16 pelukis lokal.(alfa)