Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Minahasa Selatan

Bendungan 22 Miliar Belum Berfungsi, 600 Ha Sawah di Tatapaan Masih Kering

×

Bendungan 22 Miliar Belum Berfungsi, 600 Ha Sawah di Tatapaan Masih Kering

Sebarkan artikel ini

manadoterkini.com, TUMPAAN-Hingga kini, sawah seluas 600 hektar yang ada di di Kecamatan Tatapaan Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) belum dialiri air. Padahal, bendungan yang menghabiskan anggaran sebesar Rp 22 miliar sudah selesai dibangun. Akibat masalah tersebut Petani di Kecamatan Tatapaan mengeluh akibat sawah yang mereka miliki tidak ada air atau sudah kering.

Menurut Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum (PU) Franky Lukar mengatakan, tidak adanya air yang masuk kawasan persawahan di wilayah Tatapaan sejak tahun lalu, hanya disebabkan tersumbatnya pintu air yang mengairi sawah warga itu.

“Kami sudah meninjau lokasi bendungan. Ternyata penyebab sehingga tidak adanya air yang masuk ke sawah, hanya karena pintu air tertutup sampah. Jadi, kalau sampah sudah diambil, airnya sudah bisa jalan,” kata Lukar.

Namun, pernyataan Lukar dibantah para petani di wilayah itu.

“Siapa bilang karena sampah. Beberapa waktu lalu kami sudah membersihkan sampah di pintu air, tetapi airnya sampai saat ini tidak pernah masuk. Kalau benar hanya karena sampah di pintu air, mengapa sejak tahun lalu hingga tahun ini air dari bendungan tidak pernah sampai,” Sembur Marthen perani asal Tatapaan.

Potensi yang bisa dihasilkan dari produksi 600 ha sawah, sebenarnya sangat besar. Menurut Kepala Dinas Pertanian Minsel, Frans Tilaar, luas sawah 600 ha bisa menghasilkan 3 ribu ton beras.

“Perhitungannya, 1 hektar bisa menghasilkan 8 ton padi. Kalau sudah diguling dan menjadi beras bisa menjadi 5 ton,” kata Tilaar.

Jika tiap hektar sawah bisa menghasilkan 5 ton beras, berarti 600 ha sawah di Tatapaan bisa menghasilkan 3.000 ton beras.

“Kalau panen padi di 600 hektar berhasil, para petani bisa mendapatkan hasil 3 ribu ton beras bersih. Itu sudah dihitung dengan penyusutan,” jelasnya.

Saat ini kata dia, jumlah beras dari produsen kepada pedagang, bisa sampai Rp 8 ribu per kilogram. Sebab pedagang akan menjual kepada konsumen akhir sebesar Rp 11 ribu per kilogram.

“Jadi, hasil beras dari sawah seluas 600 hektar, bisa mencetak uang sebesar 24 miliar rupiah. Itupun hanya dihitung 8 ribu rupiah per kilogram,” ungkapnya.

Potensi yang cukup besar ini akan mempengaruhi perekonomian di Minsel. Kemampuan ekonomi petani akan meningkat dengan aktifnya kembali 600 ha sawah di wilayah Tatapaan yang kini masih kering.(dav)